Resensi Ambivert - Arshy Mentari
By Alfian Ahmad Saputra - Maret 08, 2022
Judul : Ambivert
Penulis : Arshy Mentari
Penerbit : Buku Mojok
ISBN : 978-623-7284-33-8
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 116 Halaman
Harga : Rp.58.000
Blurb
“Kita tidak akan
bertanya apa-apa. Kita sudah menduga jawabannya. Namun, rasa ingin tahu
itu tak pernah usai. Ego dan gengsi menolak Tanya, yang punya jawabannya
selalu prasangka.”
Buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan menghadapi masa Quarter Life Crisis (QLC). QLC akan dialami di awal umur dua puluhan hingga pertengahan tiga puluhan. Seperti tokoh aku dalam buku ini yang harus melewati banyak dilema dalam hidupnya. Mulai dari bagaimana pola asuh orang tuanya, persahabatan, penghianatan, dan asmara. Berbagai dilema tersebut memaksanya untuk mengenakan berbagai persona. Topeng-topeng yang terbentuk tanpa sengaja. Topeng-topeng yang ingin dilepaskannya tanpa tersisa untuk menemukan jati diri yang sebenarnya.
Buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan menghadapi masa Quarter Life Crisis (QLC). QLC akan dialami di awal umur dua puluhan hingga pertengahan tiga puluhan. Seperti tokoh aku dalam buku ini yang harus melewati banyak dilema dalam hidupnya. Mulai dari bagaimana pola asuh orang tuanya, persahabatan, penghianatan, dan asmara. Berbagai dilema tersebut memaksanya untuk mengenakan berbagai persona. Topeng-topeng yang terbentuk tanpa sengaja. Topeng-topeng yang ingin dilepaskannya tanpa tersisa untuk menemukan jati diri yang sebenarnya.
Ulasan
Berbeda dengan judul bukunya, di sini kalian tidak akan menemukan tentang apa itu sifat ambivert pada manusia. Sebaliknya buku yang berisi tentang tokoh 'Aku' yang sedang mengalami Quarter Life Crisis dimana seseorang sedang mengalami gelisah dan delima tentang kehidupan yang sedang dialaminya.
Tokoh 'aku' sendiri merupakan seorang perempuan yang tumbuh dari rasa kecewa, terabaikan, cinta yang bertepuk sebelah tangan dan segala jenis permasalahan yang dialami saat usia 20-30an. masalah yang dialaminya membuat dia menemukan jati dirinya dengan bergonta-ganti topeng ekspresi seperti yang digambarkan lewat sampul buku ini.
Meskipun buku ini hanya setebal 100an halaman, namun isinya melebihi dari yang saya pikirkan. Kita seakan membaca diary dari seseorang yang sedang mengalami ke-galau-an dalam hidupnya. Terkadang pada salah satu bab buku ini menggambarkan diri saya sendiri yang sedang dilema tentang masa depan dan segala seluk beluknya.
Buku ini cocok untuk dibaca bagi kalian yang sedang khawatir tentang masa depan. Pesan yang disampaikan penulis juga sampai kepada pembaca (meskipun dibutuhkan konsentrasi lebih). Buku ini juga cocok untuk dibaca sebelum tidur dan resapilah setiap kata-kata indahnya.
"Sesuatu yang selalu berusaha kau kenang,
justru sumber dari segala beban"
Hal 71
0 Comments