Resensi Novel Dua Dini Hari - Chandra Bientang

By Alfian Ahmad Saputra - Juli 03, 2021

 

 
Judul : Dua Dini Hari
Penulis : Chandra Bientang
Penerbit : Noura Books
ISBN : 978-602-358-958-0
Ukuran : 20,5 cm
Tebal : 250 Halaman
Harga : Rp.64.000
 
 
Blurb
 
Tiga anak jalanan ditemukan tewas,
tergantung di pinggir flyover kawasan
Jatinegara. Satu mayat lagi menyusul,
kali ini terlilit kabel tiang listrik.
Penyelidikan dimulai dengan enggan,
para polisi bertindak meski jauh dari kata maksimal.
Pemikiran semua orang sama: mereka hanya gelandangan, 
lebih baik disingkirkan.
Seolah ada yang bertekad membersihkan jalanan,
mengurangi masalah pelik kota.
Namun, benarkah anak2 itu pantas mati?
dengan cara itukah mereka layak dilenyapkan?

Resensi
 
    Merupakan buku pertama dari Chandra Bientang yang diterbitkan oleh Noura Books. Chandra sendiri merupakan lulusan Universitas Indonesia atau UI jurusan Filfasat. Dia memenangkan kompetensi menulis urban trhiller oleh penerbit Noura dan akan diterbitkan menjadi sebuah buku cetak.

    Berkisah tentang ditemukannya tiga tubuh seorang anak jalanan yang tewas tergelantung dibawah jembatan. Terletak di daerah padat penduduk yang disebut Jatinegara. Masih menjadi misteri siapa yang keji membunuh anak malang tersebut. Setiap harinya kasus pembunuhan terus berlanjut. 

    Terdapat 2 tokoh utama disini. Yaitu, Kanti dan Elang. Kanti sendiri merupakan seorang Freelance Ilustrator. Yang waktu kerjanya tidak ditentukan. Kadang malam kadang juga siang. Begitupun dengan kondisi keuangannya. Sehingga dia sering berpindah-pindah kos. Waktunya sering ia habiskan didalam kos. 

    Elang merupakan anak Bripka Ranggalawe yang sangat dihormati dikepolisian. Berbeda dengan ayahnya, Elang adalah anak AKPOL yang mempunyai status tidak jelas. Karena sifatnya yang sombong dan sembrono membuat Elang tidak disukai rekan ayahnya. Namun dibalik kekurangannya Elang masih mempunyai rasa kemanusiaan dan tidak mudah menyerah. 

    Karena ketidakpuasaan Elang terhadap kinerja kepolisian yang terkesan ogah-ogahan. Elang akhirnya berusaha untuk menyelidiki kasus tersebut. Meskipun ayahnya tidak mendukung dan menyarankan untuk duduk diam, namun Elang tetap melakukannya. Akankah Elang mampu menemukan pelakunya? Akankah ada hubunganya dengan orang terdekatnya?

    Jujur saya sempat dibuat bingung, saking banyaknya tokoh disini. Saya juga kadang sering kembali ke halaman sebelumnya karena lupa tokoh yang dibahas siapa. Namun seiring berjalananya cerita tokoh-tokoh akan saling berkaitan satu sama lain. Alur cerita dalam buku ini juga tersusun secara rapi. Diksi-diksi yang dipakai juga tidak terlalu berat dan mudah dipahami.

    Ditulis menggunakan Third Person View. Tempo cerita agak lambat. Untuk plotnya saya nyaris tidak menduganya. Penuh dengan kejutan kecil dan Klimaksnya ada di dua bab bagian akhir. Novel ini juga mengangkat isu-isu sosial. Hampir mirip dengan novel karya Akiyosi Rikako yang sering mengangkat cerita isu-isu sosial yang terjadi di Jepang. Untuk akhir cerita, harapan saya salah. Kejahatan akan selalu ada berdampingan dengan kebaikan. Seperti cahaya yang selalu bersama bayanganya. 
 
    Kesimpulan buku ini saya sarankan untuk kalian yang menyukai atau yang baru membaca buku genre seperti ini. Cerita yang begitu dekat dengan sekitar kita. Menggugah sisi kemanusiaan kita. Melihat sisi lain dari sudut pandang kita dari anak jalanan.
 
"Rahasia bukanlah kebohongan.
Rahasia adalah hal yang tak berucap,
bukan kebohongan"
 
Hal 108  
 
Rating 5/5 Bintang 

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments