Review oleh : Kamahardika (@kamahardika)
Review
Apa yang ada dipikiranmu tentang pegawai ASN? Aman dari PHK? Tunjangan pensiun? Calon Idaman? Semua itu ada benarnya. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh Arimbi. Seorang anak petani yang menjadi kebanggaan orang tua dan orang-orang di sekitar kampung halamannya sebab seragam yang selalu ia kenakan untuk bekerja di kantor. Namun, tak banyak yang dapat membuat Arimbi senang hanya karena statusnya sebagai pegawai negeri. Selama hidup di Jakarta, dia hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil yang terkadang dirinya kesulitan untuk membayar sewa perbulannya.
Saat itu, Arimbi hanyalah pegawai biasa yang polos dan suka menggosip. Ketika atasannya yang bernama Bu Danti sering kedatangan tamu seorang pengacara, yang terlintas dipikiranya hanyalah sekadar orang biasa atau mungkin selingkuhannya. Dia tak pernah menyangka bagaimana Bu Danti bisa selalu tampil glamor dan memiliki rumah megah. Hal itu terus terjadi hingga ketika dia mendengar istilah “86”.
Keadaan benar-benar berubah ketika Arimbi bertemu Ananta yang kelak menjadi suaminya. Ananta hanyalah pegawai biasa yang gaji bulanannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan jug membayar sewa kontrakan. Menikahi Arimbi menjadi rejeki nomplok baginya. Sejak tinggal bersama Ananta, Arimbi sudah tidak menjadi wanita polos lagi. Darinya, Arimbi tahu bagaimana harus memanfaatkan peluang atas pekerjaannya sebagai seorang pegawai di pengadilan. Ada banyak sekali pengacara yang perlu bantuan pegawai pengadilan, termasuk Arimbi. Kebahagiaan mendapat uang dengan mudah menggiring Arimbi dan Ananta ke dalam jurang ancaman yang akan membuat hidup mereka diselimuti rasa takut dan ketidaknyamanan.
86 merupakan novel kedua dari enam novel yang pernah ditulis oleh Okky Madasari. Novel ini berkisah tentang kritik sosial khususnya di lingkup lembaga peradilan. Ada beberapa plot twist yang membuatku suka membaca novel ini. Terlebih mengenai isu-isu miring seputar lembaga pemasyarakatan yang membuat saya semakin percaya bahwa istilah “Don’t drop the soap” bukanlah sekadar gurauan. Ada banyak cerita lagi yang lebih menarik. Kisahnya yang ringan dan Bahasa yang digunakan juga simpel pasti buku ini cocok dibaca kapanpun dimanapun.
Rating: 5/5
0 Comments